Saturday 24 October 2015

Demonstrasi Berangkat Dari Gagasan Pemikiran

Sambungan dari...  Demonstrasi: Antara Gagasan Pemikiran dan Gerakan Aksi Ilustrasi Demonstrasi mahasiswa yang berangkat dari gagasan empiri... thumbnail 1 summary

Ilustrasi

Demonstrasi mahasiswa yang berangkat dari gagasan empiris terhadap ketimpangan sosial diharapkan bisa menjadikan hasil yang baik dalam rangka menyuarakan aspirasinya. hal seperti mempunyai nilai yang lebih baik, jika gagasan tersebut kemudian menjadi gagasan yang diusung aktivis organisasi mahasiswa. dalam bahasa sederhananya, demonstrasi yang dilakukan merupakan hasil analisis gagasan yang bersifat empiris, bukan demonstrasi yang bersifat reaksioner atas permasalahan-permasalahan yang bersifat insidental.

Dalam berdemonstrasi, terkadang aktivis mahasiswa merasa puas dengan hanya mengandalkan spanduk dan dan bendera yang bertuliskan slogan-slogan terkait isu yang diusung. Sulit ditemui politik ilmu pengetahuan dari digerakan dari gerakan politik mahasiswa dewas ini. Suara mahasiswa hanya lantang di megafon, dengan teriakan politis yang agak narsis. Dalam pemaknaan “membela rakyat”, datang saat tubuh berbalut jas almamater kebanggan organisasi. Juga mereka tentu berharap teriakan dalam menyuarakan aspirasi rakyat dapat diliput media massa sebagai bentuk kebanggan dan kebesaran dan penyebaran teriakan.

Mahasiswa hanya bangga dengan teriakan mengutarakan atas nama rakyat. Sebagai aktivis mereka tidak cenderung enggan melakukan tugas ilahiah-ilmiah. Mereka tidak berkemauan menorehkan goresan tinta keilmuan sebagai kesadaran untuk tugas ilmu pengetahuan. Mereka mengingnkan jasanya di kenang sebagai catatan prestius oleh semua orang. Tapi sayang, di benak mereka sedang terjadi dekadensi moral dan intelektual. Sehingga menyulitkan langkah untuk mendapat pamrih yang hendak dicapai.

Taufik Abdullah, mengutip Max Webber dalam kata pengantar kumpulan makalah yang terangkum pada pemuda dan perubahan sosial (1974) bahwa Webber merenungi hakikat pemuda yang epigon, membanggakan diri terhadap generasi yang lebih tua. Tanpa gagasan yang segar dan ilmiah, gerakan itu akan semakin sangit. Tentu yang di butuhkan adalah kesadaran historis: telaah ulang terhadap pemikiran terdahulu dari pada hanya membanggakan!

Lain halnya dengan Soe Hok Gie, ia tidak hanya menjadi demonstran yang membuat jalan menjadi macet untuk menuntut pembubaran PKI. Atau juga menuntut penurunan harga BBM. Namun, lebih dari itu, gie juga melakukan pergerakan ilmu dengan melakukan demonstrasi yang sebenarnya: melakukan kerja merekam setiap peristiwa yang dijumpainya ke dalam tulisan.

Merubah pola pikir memang tidak mudah, demikian halnya dengan transformasi gerakan mahasiswa dari demonstrasi menuju gagasan berbentuk tulisan. Sehingga, dalam hal ini diperlukan kesadaran kolektif bagi mahasiswa, bahwa menulis adalah kebutuhan dan sarana pemberi gagasan solutif bagi segala persoalan bangsa.

Penulis: A. Zainal Abidin, Mahasiswa Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

No comments

Post a Comment