Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mewacanakan menghidupkan pasar malam dengan menggandeng perusahaan-perusahaan besar untuk menggelontor barang-barangnya untuk mendongkrak perekonomian setempat.
"Tentu barangnya stok berkualitas, meski nomor dua atau KW yang sudah tak laku untuk dilakukan cuci gudang di pasar malam," ujar Asisten Perekonomian Pemprov Jatim Hadi Prasetyo kepada wartawan di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, konsep pasar malam ini mampu menjadi solusi bagi mereka yang kini terdampak negatif akibat pelemahan rupiah.
"Para pelaku usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) yang kesulitan menjual barang akibat memburuknya daya beli juga bisa terbantu," ucapnya.
Konsep menghidupkan kembali pasar malam seperti zaman Belanda, yakni dibuat pasar malam bergiliran dari kampung ke kampung atau dari desa ke desa.
Belajar dari masa penjajahan, kata dia, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dulu mampu memberikan kehidupan bagi warga pibumi dengan membangun pasar-pasar.
"Dulu, ketika dilanda musim paceklik, Belanda mampu memberikan penghidupan bagi penduduk pribumi dengan membangun pasar-pasar bergiliran sesuai penanggalan wage, pahing, kliwon, pon dan legi," katanya.
Di sejumlah kabupaten/kota di Jatim, pasar-pasar berdasarkan penanggalan bentukan Pemerintah Kolonial Belanda itu terpantau masih tetap beraktivitas sampai sekarang.
"Bedanya, jika pasar-pasar tersebut telah berdiri dan bertahan hingga sekarang di sejumlah daerah, maka konsep pasar rakyat yang akan kita lakukan nanti digelar malam hari bergiliran di kampung-kampung antarkelurahan," katanya.
Sementara itu, selain menggelar pasar malam bergiliran, ia menambahkan, Pemprov Jatim juga akan melakukan subsitusi impor atau mengganti bahan utama impordengan bahan-bahan dalam negeri.
"Di Jatim, impor bahan baku industri mencapai 83 persen dari total impor masuk. Dari 83 persen ini, 43 persen di antaranya adalah impor bahan-bahan pembuat besi dan baja," katanya.
Untuk bahan pembuat besi dan baja, lanjut dia, saat ini akan ada sebuah perusahaan yang membangun pabrik smelter di Gresik sehingga mampu mengurangi impor. (*)
Editor: Tunggul Susilo
No comments
Post a Comment